Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu yang dinaiki seorang joki dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 m. Karapan Sapi didahului dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura yang dinamakan saronen.
Joki-joki
karapan sapi pun biasanya menggunakan pakaian adat mereka, yang disebut Pesa’an.
Pesa'an sendiri adalah pakaian yang bewarna hitam, baik baju maupun
celana dan di bagian dalam bajunya terdapat kaos yang bewarna belang merah dan
putih. Dalam perlombaan Karapan Sapi, dibagi dalam
beberapa babak. Babak pertama adalah penyelisihan dari kelompok yang menang dan
kalah. Sedangkan babak kedua mempertandingkan kelompok yang kalah. Dan babak
ketiga mempertandingkan kelompok yang menang. Kelompok yang menang, akan
mendapat Piala Presiden secara bergilir.
1.
Kerap Keni (karapan kecil)
Karapan
sapi ini hanya diikuti oleh orang satu kecamatan saja. Lintasan balapnya
sepanjang 110 meter. Dan lucunya hanya sapi-sapi kecil yang boleh diikutkan.
Jika menang dalam karapan sapi jenis ini, maka nantinya akan masuk ke karapan
sapi yang lebih tinggi lagi tingkatnya.
2.
Kerap Raja (karapan besar)
Karapan
sapi ini biasanya diadakan di ibukota kabupaten setiap hari Minggu. Lintasan
balapnya sekitar 120 meter dan pesertanya adalah para juara kerap keni.
3.
Kerap Onjangan (karapan undangan)
Karapan
sapi ini hanya diikuti oleh peserta yang mendapat undangan dari sebuah
kabupaten. Karapan ini biasanya diadakan untuk memperingati hari-hari besar
tertentu saja.
4.
Kerap Karesidenen (karapan tingkat keresidenan)
Karapan
Sapi ini diikuti oleh pemenang dari masing-masing kabupaten di kota Madura. Karapan sapi
ini diadakan tiap hari minggu karena merupakan puncak dari musim karapan.
5.
Kerap jar-jaran (karapan latihan)
Karapan
Sapi yang dilakukan hanya untuk melatih sapi-sapi pacuan sebelum mengikuti
sebuah perlombaan.
Sejarah Karapan Sapi
Menurut sumber yang saya baca di kompasiana, Karapan Sapi sudah ada sejak abad ke-15. Karapan Sapi tercetus ketika Pangeran Katandur melihat sebagian rakyatnya berkurang kesibukannya seusai panen. Untuk memanfaatkan waktu luang dan terbuang tersebut, maka Pangeran Katandur memiliki ide untuk mengadakan perlombaan memacu sapi, dengan cara memacu berpasang-pasang sapi dalam sebuah areal tegalan yang luas. Dan dalam permainan tersebut, pasangan sapi yang diperlombakan dalam pacuan harus menggunakan peralatan serupa “bajak”, yang biasa dipakai untuk menggarap sawah ladang.
Pengertian
kata “karapan”
adalah adu sapi memakai “kaleles”.
Kaleles adalah sarana pelengkap untuk dinaiki sais atau joki yang menurut istilah Madura
disebut “tukang tongko”.
Sapi-sapi yang akan dipacu dipertautkan dengan “pangonong” pada leher-lehernya sehingga menjadi
pasangan yang satu. Sapi kerap adalah sapi pilihan dengan ciri-ciri tertentu.
Misalnya berdada air artinya kecil ke bawah, berpunggung panjang, berkuku
rapat, tegar tegak serta kokoh, berekor panjang dan gemuk
Karapan Sapi selain sebagai tradisi budaya, juga
bisa dijadikan sebagai pesta rakyat yang dilaksanakan setelah masa panen tiba.
Masyarakat Madura juga sangat diuntungkan sekali dengan adanya Karapan
Sapi. Diantaranya, mereka diberikan kesempatan untuk membuka
usaha di area perlombaan Karapan Sapi. Mulai
dari menjual pernak-pernik khas Madura, makanan khas Madura, pakaian khas
Madura, kerajinan khas Madura dan sebagainya. Kita sebagai warga Indonesia
harusnya bangga mempunyai budaya seperti Karapan Sapi yang ada di Madura.
Perlu kita ketahui bersama, Budaya Karapan Sapi ini sendiri sekarang sudah
banyak dikenal bukan hanya oleh warga lokal saja, akan tetapi warga asing yang
datang ke Indonesia, khususnya ke Pulau Madura, yang tertarik untuk menonton
secara langsung budaya Karapan Sapi tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar